“Al-ummu madrasatul ula, ibu adalah sekolah pertama bagi anak.” jelas Rani.
Di era digital, peran ini semakin berat. Ibu bukan hanya mengajarkan nilai agama, tetapi juga membimbing anak dalam menggunakan teknologi secara aman. Komunikasi lembut, dua arah, dan menghargai pendapat anak menjadi kunci pendidikan karakter.
Perempuan dalam Dunia Keilmuan
Rani juga menyinggung pentingnya menuntut ilmu, sebagaimana hadis:
“Tholabul ‘ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin.”
Ia mencontohkan tokoh-tokoh perempuan berpengaruh dalam sejarah, termasuk tokoh asal Tasikmalaya dan Garut:
Raden Ayu Lasminingrat
Raden Ayu Lasminingrat, pelopor intelektual perempuan yang lahir tahun 1854—25 tahun sebelum RA Kartini.
Lasminingrat mengembangkan pendidikan moral dan ilmu pengetahuan melalui buku-buku berbahasa Sunda seperti Carita Erman dan Warnasari.
Pada 1907, ia mendirikan Sekolah Keutamaan Istri yang kemudian berkembang pesat hingga memiliki 200 siswa dan diakui pemerintah Hindia Belanda pada 1911.
Sekolah itu terus berkembang ke berbagai daerah hingga 1934.
Lasminingrat wafat pada 10 April 1948 dalam usia 94 tahun.
Rani mengajak para perempuan untuk mengenalkan sejarah tokoh Muslimah dan pahlawan Nusantara kepada anak-anak.
“Ajarkan anak-anak kita agar tidak melupakan sejarah, terutama sejarah Rasul dan tokoh-tokoh perempuan hebat,” tutup Rani.



Comment