Muhamad Lutpi Alamin Tuna Netra Asal Tasikmalaya Lolos SNBT di Universitas Negeri Surabaya

Berita Tasikmalaya, tasik.id – Tanggal 28 Mei 2025 menjadi hari paling bersejarah bagi Muhamad Lutpi Alamin, seorang pemuda penyandang disabilitas netra sejak lahir asal Kampung Situgede RT 01 RW 07, Desa Cibatuireng, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya.
Hari itu, ia dinyatakan lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) SNPMB dan resmi diterima sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Yang membuat momen ini lebih istimewa, Lutpi adalah satu-satunya siswa dari 31 Sekolah Luar Biasa (SLB) di Tasikmalaya yang berhasil menembus kampus negeri tersebut melalui jalur seleksi tes.
Kabar kelulusan itu ia terima saat berada di ruang kantor pesantren tempat ia menimba ilmu. Sekitar pukul 15.15 WIB, gadget miliknya menampilkan pengumuman resmi dari laman SNPMB bahwa namanya tertera sebagai calon mahasiswa baru UNESA.
“Harita ping 28 abdi nuju di pasantren di lembur Karangnunggal, kinten tabuh 15.15 WIB di ruang kantor pasantren ningali pengumuman abdi ditampi di Unesa. Abdi masih acan percanteun…” ujar Lutpi, penuh haru saat ditemui di Kawasan Jalan RSUD Kota Tasikmalaya, Minggu (15/6/2025) sore.
Muhamad Lutpi Alamin lahir pada 31 Agustus 2001. Ia merupakan alumni SLB Negeri Tamansari, Kota Tasikmalaya. Di balik keterbatasan penglihatan sejak lahir, Lutpi tumbuh menjadi pribadi yang pantang menyerah. Ia dikenal sebagai santri penghafal Al-Qur’an Juz 30 yang dibina oleh Majelis Taklim Tuna Netra Al Hikmah, Kota Tasikmalaya.
Perjalanan Lutpi menuju kampus impiannya bukan hal mudah. SLB tempatnya bersekolah tidak secara penuh mengajarkan materi setingkat SMA yang menjadi dasar ujian SNBT. Karena itu, sejak Februari 2025, ia belajar secara otodidak melalui YouTube, di antaranya akun Leni Agustin, serta memanfaatkan aplikasi pendidikan seperti Schooling dari Google Playstore.
“Saya berusaha mencari bimbingan belajar di internet. Bimbingan itu tidak hanya untuk disabilitas, tapi juga bisa untuk siswa umum,” ucapnya.
Jejak Langkah M. Lutpi
“Anu kantos teu kabahas disakola, urang kedah milari dinu sanes… itu anu disayangkeun di SLB teh,” lanjutnya, mengkritisi ketimpangan kurikulum yang belum sepenuhnya inklusif.
Di balik kabar gembira diterimanya Lutpi di UNESA, bayang-bayang kekhawatiran membayangi. Biaya pendidikan dan hidup di Surabaya menjadi beban yang tak ringan bagi keluarga.
“Untuk sekolah, insyaAllah kata mamah sanggup, tapi untuk biaya sehari-hari masih tanda tanya,” kata Lutpi lirih.
Sang ayah, Abdul Kodir Alamin (67 tahun), tak kuasa menahan haru ketika anak sulungnya membawa kabar bahagia tersebut. Namun ia sadar bahwa perjuangan belum selesai.
“Abdi ayeuna teu usaha… soal biaya bapak angkat tangan. Mudah-mudahan aya rejekina,” tutur Abdul Kodir, yang telah lima tahun terakhir hanya bisa berbaring karena penyakit lambung dan reumatik kronis. Usaha konveksi bordir di Jakarta miliknya pun gulung tikar sejak 2013.
Kini, keluarga Lutpi tengah berupaya menjual sawah dan kebun sebagai satu-satunya sumber dana yang mungkin bisa digunakan untuk mendukung kuliah anaknya.
“Abi keuyeung dugi ka ayeuna bade ngical sawah atanapi kebon namung acan aya hasil. Urang ngadua we,” ucap Abdul Kodir, menggantungkan harapannya kepada takdir dan doa.
Kisah inspiratif Lutpi mendapat apresiasi dari Muhamad Aqshal Setyawan, penyandang Cerebral Palsy asal Tasikmalaya dan alumni Universitas Perjuangan (Unper) Tasikmalaya, lulusan 2024 dengan IPK 3,75.
“Selamat ya… Belajar itu harus, pintar itu bonus. Untuk Lutpi, teruslah berihtiar, sejajarkan adab, etika, dan ilmu,” pesan Aqshal.
Ia menambahkan bahwa UNESA merupakan salah satu kampus negeri terbaik yang telah lama mengembangkan pendidikan inklusif. Fasilitas ramah disabilitas, program pendampingan akademik, serta atmosfer suportif membuat kampus ini menjadi pilihan yang tepat bagi mahasiswa berkebutuhan khusus.
“Semoga ada uluran tangan dari berbagai pihak untuk meringankan beban Lutpi. Akses pendidikan tinggi adalah hak semua warga negara, termasuk disabilitas,” pungkasnya.