Selain itu, Diky juga mengingatkan agar jadwal pembagian MBG tidak mengganggu jam pelajaran. “Waktu belajar anak-anak jangan sampai terganggu hanya karena masalah teknis distribusi makanan,” ujarnya.
Jumlah SPPG Tidak Seimbang dengan Sekolah
Ia juga menyoroti ketidakseimbangan antara jumlah SPPG dan sekolah penerima manfaat MBG. Kondisi ini menurutnya rawan membuat penyajian dilakukan secara asal-asalan.
“Butuh perhitungan matang agar SPPG tidak dipaksakan melayani sekolah terlalu banyak. Harus ada tim khusus yang menilai semua aspek: jumlah dapur, jarak, manajemen waktu pembuatan, penyajian, penggunaan bumbu, hingga strategi pengepakan yang sehat,” tegasnya.
Anak-anak Harus Dilindungi dari Risiko
Diky menutup pesannya dengan penekanan pada perlindungan siswa.
“Sayangi masa depan anak-anak kita. Jangan sampai karena kepentingan tertentu, mereka jadi korban. Tugas anak adalah belajar dengan tenang, bukan menanggung rasa takut atau tidak nyaman,” tandasnya.
Program MBG Terus Disorot Publik
Sebelumnya, pelaksanaan program MBG juga mendapat sorotan dari mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Dalam aksi di Gedung DPRD Kota Tasikmalaya, mereka mendesak pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program MBG yang dinilai masih banyak kelemahan.(iqbal)
Comment