Pj Walikota Tasikmalaya Bermain Sepak Bola diatas Tumpukan Sampah
Berita Tasikmalaya, tasik.id – Sanitary Landfill yang dibuat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir dengan bonus lapang sepak bola mini atau sering disebur mini soccer akhirnya sudah bisa dipakai.
Penjabat (Pj) Wali Kota Tasikmalaya, Dr Cheka Virgowansyah bersama seluruh kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melakukan uji coba dengan bermain di lapang tersebut, selasa (19/11/2024).
Usai bertanding, Cheka menjelaskan bahwa permainan mini soccer yang dilakukan di atas tumpukkan sampah yang sudah ditimpa tanah itu, dideklarasikan sebagai keberhasilan Pemerintah Kota Tasikmalaya mengelola sampah dengan metode sanitary landfill.
“Untuk melaksanakan sanitary landfill itu kan perlu tempatnya harus ditutup sama tanah. Jadi tidak lagi open dumping. Tapi kita coba sosialisasikan dalam bentuk bahasa yang berbeda. Yaitu kita membuat lapangan bola. Kenapa lapangan bola? Karena lapangan bola itu harus menggunakan tanah biasanya. Tadinya sampah kita ratakan, kita tutup dengan tanah, jadi otomatis lapangan bola, tercapai juga sanitary landfillnya,” tutur Cheka.
“Kita bisa declare bahwa TPA kita sudah menggunakan sanitary landfill,” tambahnya.
Metode ini merupakan alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan pembuangan sampah terbuka (open dumping) karena lebih terkendali dan berkelanjutan. Namun, sanitary landfill memerlukan lahan yang cukup luas, investasi besar, dan pengelolaan yang tepat agar efektif.
“Kita mencoba mengelola gunung-gunung sampah yang ada. Satu gunung sudah terselesaikan nanti tinggal gunung yang lain. Ini kita ada anggaran skema sanitary landfill sudah ada. Tinggal memperluas, memperbesarnya,” katanya.
Bersamaan dengan itu, Cheka berharap masyarakat bisa memilah sampah dan mengurangi produksi sampah dari rumah.
“Yang terpenting di sini jadi tempat wisata juga, dan masyarakat itu tidak buang sampah sembarangan. Semakin banyak kita buang sampah, nyampah, ya semakin banyaklah gunung-gunung sampah di sini. Semakin sulit kita mengelolanya nantinya. Harapannya dengan pengelolaan ini sampah yang kita kirim ke sini pun semakin sedikit.” Ungkap Cheka.
Lapangan yang belum punya nama tetap itu, diproyeksikan Cheka akan diperluas. Sehingga, penggunaanya akan berjangka panjang. Kini warga, kata Cheka juga bisa mencoba sensasi bermain sepak bola di atas sanitary landfill di TPA Ciangir.
“Seterusnya digunakan bahkan kita akan perlebar. Mudah-mudahan ke depan kita bisa geser juga ke sebelah untuk bikin entah itu lapangan bola lagi atau mungkin olahraga yang lain. Bisa digunakan seluruh warga. Bisa juga tempat edukasi. Di sini kan masyarakat bisa lihat tempatnya tinggi, tidak cuma bisa mengelola sampah,” jelasnya.
Sementara itu, dari sebrang tumpukan sampah yang dibatasi pagar khusus lapangan bola, para warga menyaksikan para pejabat itu bermain sepak bola. Mereka tampak riang dan menikmati pertandingan yang diselingi kuis berhadiah itu.
“Meuni resep ningalina ya rame. Abi ti tonggoh kadieu hoyong ningali,” kata Karmini (55) warga sekitar.
Ia yang mempunyai seorang putera itu, berencana akan meminta untuk tidak bermain futsal yang berbayar. Cukup menggunakan lapangan di TPA Ciangir tersebut.
Metode sanitary landfill ini melibatkan penguburan limbah di dalam tanah dengan langkah-langkah teknis tertentu untuk mencegah pencemaran lingkungan, khususnya air tanah, udara, dan tanah di sekitarnya.
Dalam sanitary landfill, pengelolaan lapisan tanah dan limbah disusun secara berurutan dan terstruktur untuk memastikan limbah dapat dibuang dengan aman tanpa mencemari lingkungan.
Dinas Lingkungan Hidup telah melarutkan sebanyak 4000 liter ecoenzyme setiap sepekan 2 kali, jelang pertandingan yang didambakan Cheka itu. Sehingga, saat pertandingan tidak tercium bau busuk dari gunungan sampah.(***)