Berita Tasikmalaya, tasik.id – Keberadaan Daerah Irigasi (DI) Cikalang II memiliki sejarah panjang bagi para petani di Kecamatan Manonjaya. Salah satu saksi hidupnya adalah Eep Juanda, warga Kampung Kamulyan, yang telah puluhan tahun mengabdikan diri dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
Menurut Eep, wilayah Kamulyan memiliki lahan sawah sekitar 60 hektare yang selama ini bergantung pada aliran irigasi dari Sungai Cimulu dan Cikalang II.
“Saya sudah hampir 25 tahun bertugas di P3A. Sejak kecil sudah terbiasa mengambil air, jadi paham betul kondisi irigasi Cimulu dan Cikalang II. Bahkan, yang membangun irigasi ini sejak zaman Belanda masih keluarga saya,” ungkapnya.
Rusak Sejak Erupsi Gunung Galunggung 1982
Eep menceritakan, kerusakan besar pada aliran Cikalang II terjadi pasca erupsi Gunung Galunggung tahun 1982.
“Sungai Cikalang II rusak tertimbun bongkahan tanah. Sempadan sungai hilang, tergerus hingga ke sawah warga,” ujarnya.
Kondisi itu membuat sebagian lahan pertanian kehilangan suplai air. Padahal, kata Eep, petani tetap memiliki kewajiban membayar pajak kepada negara.

Comment