Mempopulerkan Kembali Wangsit Siliwangi di Civitas Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Berita Tasikmalaya, tasik.id – Sarasehan Wangsit Siliwangi salau satu forum diskusi yang membahas Wangsit Siliwangi. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Badan Pembina Citra Siliwangi dengan Yayasan Universitas Siliwangi dan Universitas Perjuangan Tasikmalaya.
Implementasinya untuk berbagai bidang termasuk para pejabat struktural dan dosen di lingkungan UNPER Tasikmalaya.
Momentum ini menjadi bukti nyata bagaimana ilmu, sejarah, dan perjuangan berpadu untuk melahirkan gagasan-gagasan besar bagi masa depan. Ingin menjadi bagian dari perjalanan akademik yang penuh nilai dan semangat perjuangan.
Dalam Kesempatan itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Universitas Siliwangi Letjen Endang Suwarya mengatakan Wangsit Siliwangi ini merupakan petuah para leluhur, uga itu kumpulan.
“Jadi kita kumpulkan para dosen-dosen agar mengetahui lebih dalam tentang jati diri sunda.” Kata Endang pada awak media selasa (11/2/2025).
Kabuyutan di Suku Sunda Kurang Terawat
Menurutnya, budaya Sunda agak luntur diharapkan jangan sampai seperti itu. Pasalnya di daerah jawa ada keraton jawa yang merawat di sunda ada kabuyutan tapi kurang merawat.
Pasalnya, jati diri bangsa ini terdiri dari orang sunda, orang jawa, orang batak, dll.
“Nah kita masing-masing harus kembali ke akarnya. Termasuk untuk kita ini akarmya sebagai orang sunda itulah bangsa indonesia bhineka tunggal ika.” Tegasnya.
Lalu, terang Endang, Jati diri bangsa ini mempertahankan nilai-nilai luhur dari berbagai suku bangsa yang berada di negara indonesia. Nah kegiatan ini diharapkan tidak sampai disini saja.
“Adapun nilai yang didapat dari kegiatan ini adalah untuk merawat kesatuan ada istilah sunda itu batur sakasur, batur sadapur, batur salembur, batur sa sumur.” Beber Purnawirawan ini.
Jadi orang sunda kembali merawat budaya nya, dan suku-suku bangsa indonesia yang lain juga sama. Supaya bisa terwujud Indonesia emas tahun 2045.
Sementara itu, Rektor Unper Tasikmalaya Dr. H. D. Yadi Heryadi, Ir., M.Sc mengatakan harus banyak mempelajari filosofi sunda karena ada relevansinya dengan kehidupan sekarang, bahkan dari segi agama pun ada berkaitan.
“Maka kita harus melakukan implementasi ke kehidupan yang nyata. Apalagi hal ini ditujukan kepada dosen-dosen.” Kata Yadi.
Sehingga, diharapkan dosen-dosen ini bisa menyampaikan kembali kepada mahasiswa.
“Walaupun yang ikut serta sarasehan ini hanya seratus orang. Diharapkan bisa merambah ke yang lainnya.” Tandasnya.(iqbal)